Sabtu, 22 Desember 2012

Penggunaan Tanda Baca Titik Dua dan Titik Koma



                               Mempelajari penggunaan tanda titik koma dan tanda titik dua. 
                                    1.   Tanda titik koma (;)
·         Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh :
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
·         Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Contoh  :
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghafal nama-nama pahlawan nasuonal; Saya sendiri asyik mendengarkan siaran radio.
                 2. Tanda titik dua (:)
·         Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatau pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian.
Contoh :
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja dan lemari.
·         Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan penjelasan.
Contoh :
Ketua              : Gita Putri Andini
Sekretaris        : Asri Nur Wulan
Bendahara       : Dika Awaludin
·         Tanda titik dua dipakai  dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan.
Contoh :
Ibu       : (meletakkan beberapa sayuran) “Bawa sayuran ini, Mir!”
Mira     : “Baik, bu”.
·         Tanda titik dua dipakai diantara jilid atau nomor dan halaman.
·         Tanda titik dua dipakai diantara bab dan ayat dalam kitab suci.
·         Tanda titik dua dipakai diantara judul dan anak judul suatu karangan.
·         Tanda titik dua dipakai diantara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Contoh :
Surah Yasin:9
            Penggunaan tanda baca sangat penting dalam sebuah teks. Jika sebuah teks tidak menggunakan tanda baca, atau menggunakan tanda baca secara tidak tepat, tentu akan kesulitan daam memahami teks tersebut.

Rujukan: Hatikah, tika.(2006).Membina Kompetensi Berbahasa dan Bersastra Indonesia.Bandung: Grafindo Media Pratama.

MEMBACA PRA SEKOLAH



 
http://www.youtube.com/watch?v=3EesdH8Lahc
 
Pendidikan Pra dasar adalah suatu upaya dalam proses pertumbuhan, perkembangan fisik dan psikologis anak sesuai dengan karakteristiknya. Pendidikan di Taman Kanak-Kanak dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain sesuai dengan perkembangan anak didik (Anonymous, 2001:5). Penggunaan strategi, metode dan sumber/media belajar mengajar harus disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan kemampuan anak didik.
Bahasa dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan atau kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak dalam proses pembelajaran harus memperoleh perhatian yang serius bagi pendidik (utamanya guru dan orang tua/keluarga).
 Perkembangan bahasa anak dapat diamati melalui kemampuan bercerita, bercakap-cakap, membaca puisi, menyanyi dan sebagainya, yang kesemuanya ini dapat diperoleh dari berbagai sumber baik melalui bahan bacaan, diceritakan orang lain atau mendengar siaran-siaran media masa baik lewat radio atau televisi. Upaya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak di Taman Kanak-Kanak dapat dilakukan melalui berbagai cara dan tahapan-tahapan tertentu.
Secara khusus, Flood dan Laap (1981:350), mengidentifikasi tahap-tahap perkembangan kemampuan membaca pada anak yakni:
1. Tahap Fantasi (magical stage)
Pada tahap ini anak mulai menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku ini penting, melihat atau membolak-balikkan dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap pertama, orang tua atau guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.
2. Tahap Pembentukan Konsep Diri (self concept stage)
Pada tahap kedua, orang tua atau guru memberikan rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang tua atau guru juga hendaknya melibatkan anak membacakan berbagai buku.
3. Tahap Membaca gambar (bridging reading stage)
Pada tahap ketiga, orang tua dan guru membacakan sesuatu pada anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi, memberikan kesempatan menulis sesering mungkin.
4. Tahap Pengenalan Bacaan (take-of reader stage)
Pada tahap keempat, orang tua dan guru masih harus membacakan sesuatu untuk anak-anak sehingga mendorong anak membaca sesuatu pada berbagai situasi. Orang tua dan guru juga jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna.
5. Tahap Membaca Lancar (independent reader stage)
Pada tahap ini, orang tua dan guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada anak-anak. Tindakan ini mendorong anak agar dapat memperbaiki bacaannya. Membantu menyeleksi bahan-bahan bacaan yang sesuai serta mengajarkan cerita yang berstruktur.
.
Membaca merupakan salah satu aspek penting yang diajarkan, karena kegiatan membaca merupakan kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Hal ini ditegaskan oleh Grellt (dalam Muchlisoh et al., 1992:119), bahwa “kegiatan membaca adalah semacam dialog antara pembaca dan penulis, tanpa kecuali anak usia dini, dan kemampuan membaca mempengaruhi kemampuan berbicara, sehingga dapat dikatakan bahwa membaca merupakan aspek kebahasaan yang berfungsi sebagai pintu awal dalam membuka cakrawala berpikir seseorang”. Demikian pula menurut Flood dan Lapp (1981:350), bahwa “membaca merupakan suatu proses berpikir yang mana pembaca menjadi partisipan aktif”. Anderson yang dikutip oleh Tarigan (1986:8), menjelaskan bahwa “membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan melalui media kata-kata, di mana kata-kata tersebut merupakan satu kesatuan yang dapat dilihat dan mempunyai makna. Proses membaca dimulai dari keinginan anak untuk memahami dan melafalkan huruf sehingga menjadi rangkaian kata-kata yang penuh makna. Oleh karena itu, permulaan membaca bagi anak di Taman Kanak-Kanak harus memperoleh perhatian sungguh-sungguh dari pendidik, sehingga anak menyadari bahwa dengan membaca anak-anak dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan informasi dari media cetak, dan pada akhirnya mereka dapat menginformasikan dan mengkomunikasikan itu kepada orang lain.
Untuk memberikan rangsangan positif terhadap munculnya berbagai keberbahasaan anak yang telah diuraikan di atas, maka permainan dan berbagai alat bantu memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk di dalamnya peranan orang tua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktivitas bermain sederhana yang memberikan arahan dan bimbingan agar berbagai potensi anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal.


PUISI



Menurut SUMARDI,  Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu serta pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
Berdasarkan pendapat Richards, Siswanto dan Roekhan (1991:55-65) menjelaskan unsur-unsur puisi sebagai berikut.
1.      Struktur Fisik Puisi
Meliputi hal-hal sebagai berikut :
(1)   Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk penulisan puisi mengenai pengaturan tepi kanan-kiri, pengaturan baris, dan tidak selalu diawal kalimat menggunakan huruf kapital dan diakhiri tanda titik.
(2)   Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik)
(3)   Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
(4)   Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap oleh indera sehingga memunculkan imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll.
 (5)   Bahasa figuratif, yaitu bahasa kiasan.
(6)   Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.

2. Struktur Batin Puisi
Adapun struktur batin puisi akan meliputi :
(1)   Tema/makna (sense); makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2)   Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
(3)   Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.
(4)   Amanat/tujuan/maksud.

JENIS PUISI
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama, puisi baru dan puisi kontemporer.
1.    Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
      Ciri puisi lama:
·      Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
·      Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
·      Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama adalah
a) Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib
b) Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran,  2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
c) Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
d) Seloka adalah pantun berkait
e) Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat
f) Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita
g) Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris

2. Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
·   Bentuknya rapi, simetris
·  Mempunyai persajakan akhir (yang teratur)
·  Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain
·  Sebagian besar puisi empat seuntai
·  Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
·  Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Jenis-jenis Puisi Baru
Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
a) Balada adalah puisi berisi kisah/cerita
b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa
d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
3. Puisi Kontemporer yaitu puisi masa kini yang muncul sesuai perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir.
Ciri-ciri Puisi Kontemporer:
·  Kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa
·  Memakai kata-kata makin kasar, ejekan
·  Memakai kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama. (Sumber : wikipedia puisi)


DEKLAMASI PUISI ANAK SD PEMENANG JUARA PUISI RENDRA TK NASIONAL 2012
 

Sumber  http://www.youtube.com/watch?v=iu-o8KBt68M


 

Our Linguistik. Design By: SkinCorner